Pondok Pesantren At Tauhidiyyah yang terletak di Desa Cikura, Kecamatan Bojong, Kabupaten Tegal, Provinsi Jawa Tengah.
Lokasinya yang berada di ketinggian, tepatnya di bawah kaki Gunung Slamet, tak jauh dari kawasan wisata Guci, bertemperatur udara yang cukup dingin.
Untuk menuju lokasi pesantren tersebut, kita harus melalui jalan yang menanjak, berkelok, melintasi ladang tebu, persawahan, dan pepohonan yang rindang.
Bulan juni kemaren Ponpes At Tauhidiyyah dipilih sebagai tempat kegiatan Ijtima’ Ulama Komisi Fatwa se – Indonesia ke V, sejak 7-10 Juni 2015.
Melihat fisik bangunan Ponpes yang dipimpin oleh KH. Ahmad Saidi, terlihat pembangunannya yang sedang dalam proses penyelesaian, terutama asrama santri dan masjid. Pondok Pesantren At Tauhidiyah didirikan terbilang ponpes tertua di Tegal.
Pon Pes Attauhidiyyah Didirikan oleh KH. Armia pada tahun 1880, di desa Cikura, Kecamatan Bojong, Kabupaten Tegal, Provinsi Jawa Tengah.
Desa Cikura yang konon awalnya bernama desa Pemulian, kemudian berubah nama menjadi desa Syukura/ Cikura.
Ponpes didirikan setelah KH. Armia sepulang dari pengembaraannya menuntut ilmu kepada banyak ulama, diantaranya di daerah Kasuben Lebaksiu Tegal, Sumpyuh Banyumas, Cirebon dan terakhir di Mbah Kyai AnawAr Lemah Duwur, seorang ulama kharisma di Kabupaten Tegal.
Kemudian beliau bertemu dengan para calon ulama besar, seperti: Kyai Soleh Pekuncen, Kyai Romdon (kakek Nyai Jamilah)| dan Kyai Abu Ubaidah yang kemudian menjadi besannya. Bermula, KH. Armia mengajarkan ilmunya kepada para pengembala, merekza diajari tentang tatacara shalat dan bacaan Al Qur’an. Pada saat itu belum ada alat tulis. Sistem pembelajarannya masih menggunakan metode menghafal (sorogan), dimana santri menghafal ayat-ayat Al Qur’an, kitab kitab seperti Syafinah, Kifayatul Awam, Sanusiyah dan kitab lainnya.
Seiring dengan berjalannya waktu, orang-orang dari berbagai desa sekitar, mulai berdatangan mengikuti pengajian beliau. Selanjutnya KH. Armia mendirikan sebuah masjid yang dibuat dari panggung kayu. Masjid ini merupakan yang pertama ada di Tegal Selatan dan Pemalang Selatan. Masjid kedua yang beliau bangun terletak di Pasar Jatinegara.
Pada usia 60 tahun, KH. Armia baru menikah setelah mendapat isyarat untuk menikah, kemudian beliau menikah dengan santrinya yang masih saudara dekat bernama Nyai Aliyah.
Dari pernikahannya, beliau dikaruniai anak, diantaranya KH. Said yang kemudian meneruskan perjuangan KH. Armia dan Kyai Abu Ubaidah sebagai pengasuh pondok pesantren At Tauhidiyyahh.
KH. Said adalah seorang ulama dan waliyullah yang wafat pada tahun 1974, dan dimakamkan tak jauh dari Ponpes At Tauhidiyyah, Giren, Talang, Tegal. Setiap tahun, di Ponpes ini diadakan Haul KH. Said bin KH. Armia yang dihadiri oleh ribuan jamaah dari berbagai daerah di Nusantara.
ULAMA KHOS DARI TEGAL
KH. Sa’id bin KH. Armia adalah seorang waliyullah dari Tegal, Jawa Tengah. Beliau adalah seorang Kyai yang zuhud dan wira’i. Dalam kehidupan rumah tangganya serba pas-pasan tidak muluk-muluk laiknya para Pejabat yang serba mewah, padahal beliau sang Kyai adalah Kyai terkenal dan sebagai Pengasuh Pondok Pesantren Attauhidiyyah Giren, Talang, Tegal.
Suatu hari istri sang Kyai, saat berada di tempat cucian baju sambil memegang gayung untuk mengambil air dari dalam kolam, membatin dalam hatinya: “Ya Allah, aku ingin memiliki emas.”
Seketika itu juga gayung yang ia pegang berubah menjadi emas. Sang Kyai yang melihat kejadian itu menangis dengan penuh kesedihan sambil berkata: “Ya Allah ampunilah istri hambaMu ini yang mempunyai keinginan dunia dalam hatinya.”
Sang istri yang melihat kedatangan suaminya dan mendengar perkataan sang Kyai menjadi malu dan bertobat kepada Allah Swt.
KH. Hasani bin KH. Said pernah bercerita bahwa al-‘Allamah Syekh Ali Basalamah Mursyid Thariqat Tijaniyyah dari Jatibarang, Brebes, Jawa Tengah, mendengar bahwa di Tegal ada seorang Ulama yang mengajarkan Tauhid Imam as-Sanusi. Beliaupun akhirnya datang ke Tegal untuk bersilahturrahim. Sesampainya di Tegal beliau melihat KH. Said bin KH. Armia sedang mengajarkan Kitab Imam as-Sanusi dan di sebelah kanan KH. Said tampak Sayyidul Wujud Baginda Nabi Agung Muhammad Saw. dan di sebelah kiri KH. Said tampak al-Imam as-Sanusi Ra. Hal ini menunujukan bahwa KH. Said memilki derajat kewalian yang tinggi dan ilmu yang diajarkan adalah ilmu yang haq dan bermanfaat.
Tak terhitung jumlahnya murid-murid KH. Said yang menjadi ulama besar. Diantaranya adalah al-Habib M. Luthfi bin Ali bin Hasyim bin Yahya dan al-Habib Abdurrahman bin Abdullah bin Abdul Qadir bin Ahmad Bilfaqih.
Sekitar tahun 1974, Sahlan salah satu murid KH. Said, setiap selesai mengaji pada hari Kamis pagi, beliau selalu sowan ke hadapan al-Marhum KH. Said untuk memijatnya. Saat KH. Said sedang sakit, seminggu sebelum beliau wafat, beliau meminta Sahlan untuk dimasakkan ikan tenggiri dengan dimasak secara dipes atau dipanggang dibungkus dengan daun pisang dan nasinya juga dibungkus dengan daun pisang.
Tapi apalah daya usaha untuk mendapatkan ikan tenggiri di TPI Suradadi, Tegal saat itu sangat sulit. Setiap kali ada perahu yang baru mendarat dan dilihat ternyata tidak ada ikan tenggirinya. Karena waktu hampir jam empat sore akhirnya Sahlan membeli ikan bandeng. Setelah sampai di rumah ikan bandeng tersebut dimasak sesuai pesanan beliau. Kemudian paginya dibawa ke hadapan KH. Said dan selanjutnya beliau pun melahapnya.
Setelah selesai makan, beliau KH. Said berkata kepada Sahlan yang ternyata untuk terakhir kalinya: “Kamu akan punya sumur yang airnya banyak.”
KH. Said bin KH. Armia adalah seorang ulama dan waliyullah yang wafat pada tanggal 20 Rajab tahun1395 H atau sekitar tahun 1974 M dan dimakamkan tak jauh dari Pondok Pesantren Attauhidiyyah, Giren, Talang, Tegal.
Pesantren Attauhidiyah berada di dua lokasi, yakni di Giren dengan jumlah santri putra dan putri sebanyak 3000, dan di Cikura sebanyak 400 santri putra putri.
Kini, cucu dari KH. Armia, yaitu KH. Ahmad Saidi dan KH. M. Chasani memimpin ponpes yang santrinya.
Saat ini ada beberapa fasilitas belajar yang dimiliki ponpes, antara lain: areal ponpes seluas 10 hektar lebih, gedung aula besar dan modern, asrama putra dan putri, dan sebagainya.
MASIH DIBUKA PENDAFTARAN SANTRI BARU PUTRA PUTRI PONDOK PESANTREN ATTAUHIDIYYAH ( AHLUSSUNNAH WALJAMAAH ) GIREN TALANG TEGAL. -CIKURA BOJONG TEGAL
JENJANG PENDIDIKAN
A. SANTRI MUKIM
1) IBTIDAIYAH
2) TSANAWIYAH
3) ALIYAH
4) KEJAR PAKET
- SETARA SMP
- SETARA SMA
-STKIP
B. SANTRI NON MUKIM
1) PLAY GRUP
2) AWALIYAH
3) WUSTHO
4) ULYA
C. PENGAJIAN UMUM ( PEMBINAAN AKHLAK UNTUK MASYARAKAT )
1. MALAM AHAD DAN MALAM KAMIS ( TEMPAT PON PES ATTAUHIDIYYAH SYEH SAID GIREN TALANG )
2. MALAM SELASA DAN MALAM JUMAT (PON PES ATTAUHIDIYYAH SYEH ARMIA CIKURA - BOJONG )
3. SELASA PAGI MULAI 08.00 UNTUK IBU-IBU (PON PES ATTAUHIDIYYAH SYEH SAID GIREN TALANG )
4. JUMAT PAGI MULAI 08.00 UNTUK IBU-IBU (PON PES ATTAUHIDIYYAH SYEH ARMIA CIKURA BOJONG TEGAL )
5. SETIAP BA'DA ASHAR UNTUK REMAJA PUTRI (PON PES ATTAUHIDIYYAH GIREN TALANG -CIKURA BOJONG TEGAL )
D. PENGAJIAN RUTIN TAHUNAN
1. 27 MUHAROM PERINGATAN KHAUL ALMARKHUM ALMAGHFURLAH KH ARMIA BIN KH KURDI DI CIKURA BOJONG TEGAL
2. 20 RAJAB PERINGATAN KHAUL ALMARKHUM ALMAGHFURLAH KH SA'ID BIN KH ARMIA DI GIREN TALANG
----------------------------------------------------------------
SYARAT PENDAFTARAN SANTRI BARU PUTRA / PUTRI
1. Sowan ( menyerahkan colan santri ) ke pengasuh diantar wali atau kafilnya
2. Mendaftarkan diri di kantor pondok pesantren pada jam kerja :
- siang : 11.00 - 15.00 wib
- sore : 16.00 - 17.00 wib
3. Berusia minimal 12 tahun
4. Menyerahkan fotocopi akte kelahiran / surat kelahiran dan kartu keluarga ( KK )
5. Sanggup mematuhi semua peraturan
6. Membayar semua administrasi pesantren
Untuk informasi lebih lanjut bisa menghubungi Sekertariat Pon Pes (0283446167)
#Ayo mondok pesantrenku keren
*Oleh Abdul Wahab Alumni Pon Pes Attauhidiyyah Cikura Bojong Tegal dari berbagai sumber
No comments:
Post a Comment