Ketika Aktifis NU Terdampar di Pulau Timika Papua ( Bag 1)

TIMIKA, SANTRINEWS.NET- Sabtu, 20 November 2015 Kami melakukan perjalanan menuju Pulau Asmat. Perjalanan kami  aktifis NU yang di kirim oleh PPM ASWAJA dan SARKUB  ke Asmat, masih sama seperti perjalanan-perjalanan kemaren ke beberapa daerah di Papua, selain mengunjungi saudara saudara kita yang berada di pedalaman , kita juga  masih dalam misi membantu Pendidikan Islam dan dakwah di Pulau Cendrawasih .
Setelah melalui perjalanan dari kotaraja, kurang lebih tepat jam 10  siang kami tiba di bandara Sentani. Karna kata Mba " yang melayani pembelian tiket , kami harus sudah chek in di bandara tepat 2 jam sebelum pesawat lending.
Sekilas tak banyak yang istimewa di Bandara Sentani, Jayapura. Fasilitasnya masih kalah jauh dari Bandara Soekarno Hatta atau bandara di kota-kota besar lainya di Indonesia. Namun ketika panjenwngan  hendak mendarat di sana, lihatlah panorama bukit dan danau yang cantik jelita.
Bandara Sentani merupakan salah satu pintu gerbang untuk menjelajahi Papua. Berada di Jayapura, bandara tersebut selalu penuh hiru pikuk aktivitas masyarakat setempat. senyum tulus dan keramahan warga Papua akan anda rasakan juika keluar dari bandara.
Tapi terlepas dari kesederhanan bandara Sentani ,Ketika kita  naik pesawat dan hendak mendarat di sana, ada pemandangan cantik yang terlihat jelas dari ketinggian. Pemandangan yang rasanya tidak dimiliki bandara-bandara lainnya di Indonesia.
Tengoklah ke luar jendela, saat pilot memberitahu bahwa pesawat akan mendarat di Bandara Sentani. Perbukitan hijau yang terlihat bergelombang terlihat begitu cantik.
Perbukitannya seperti permadani hijau raksasa, dikala pesawat dalam posisi di atas perbukitannya. Namun ketika pesawat dalam posisi sejajar dan tak sampai 10 menit bakal mendarat, perbukitannya malah terlihat bagai bukit Teletubbies. Menakjubkan!
Tak sampai di situ, Danau Sentani yang berada di dekat Bandara Sentani membuat pemandangan di luar jendela pesawat makin elok dilihat. Danaunya yang tenang, bagaikan cermin raksasa yang memantulkan awan-awan putih di atasnya.
Bahkan, Danau Sentani dengan luas mencapai 245.000 hektar memiliki banyak pulau kecil. Kalau panjenengan  melihat lebih ke bawah dari jendela pesawat, danau ini bagaikan lautan saja karena saking luasnya dan banyak pulau kecil di atasnya.
Konon nama Sentani memiliki arti 'di sini kami tinggal dengan damai'. Jika melihat pemandangan Danau Sentani dan perbukitan di sekitarnya, arti tersebut seolah tidak berlebihan. Pemandangan cantik, yang mendamaikan jiwa.
Pesawat Delay
Qodarullah, setiba di Bandara Sentani, usai chek in dan beberapa menit menunggu, ternyata pesawat yang akan membawa rombongan sepertinya  mengalami masalah teknis dan menyebabkan pemberangkatan mengalami delay.
2 jam sudah kami duduk diruang tunggu, namun tak kunjung ada pemberitahuan dari pengeras suara bahwa pesawat ke Timika akan terbang.  Saat itu jam sudah menunjukkan 12.20 WIT. Waktu dimana seharusnya kami meninggalkan Bandara Sentani sebagaimana yang tertera ditiket kami.
Tiba" terdengar suara yang seorang wanita  yang mengatakan bahwa  penerbangan ke Oksibil dibatalkan karena faktor cuaca . Pembritauan itu membuat kami gelisah.. jangan-jangan penerbangan kami ditunda atau dibatalkan juga lantaran faktor yang sama. Padahal kapal dari Timika ke Asmat berangkat pukul 13.30 WIT. Ada kapal lagi tanggal 29 nanti. Kalau ditunda, kami bisa jadi "orang hilang" di Timika. Tiada teman, kenalan, apalagi sanak saudara .
kulirik ust agus yang duduk di Sebelahku yang sedang mengantuk. hanya senyum para calon penumpang pesawat yang saat itu sedikit bisa menghiburku.
Setelah berjam"   dicekam dingin dan gelisah agak panjang, akhirnya ada pemberitahuan bahwa pesawat ke Timika siap terbang. Lega rasanya tubuh kami bisa terbebas dari dingin AC ruang tunggu. Tapi, gelisah kian merasuk dada ketika kami sadar bahwa waktu sudah menunjukkan pukul 13.45 WIT. Kami akan benar jadi "orang hilang" di Timika.
Tapi saya  sangat yakin Gusti Allah tak akan pernah menelantarkan hambaNya, selama kita yakin akan pertolonganNya.Apalagi menelantarkan kami bujang"tua yang juga tak kunjung bisa menikah. Seskali kami menengok ke jendela, saat pesawat mulai terbang .Perbukitan hijau yang terlihat bergelombang terlihat begitu cantik.
Perbukitannya seperti permadani hijau raksasa, dikala pesawat dalam posisi di atas perbukitannya. Danau Sentani yang berada di dekat Bandara Sentani seprti turut serta menjadi saks atas kegelisahan yang baru kami rasakan kami .Danau yang  elok dilihat. Danaunya yang tenang, bagaikan cermin raksasa yang memantulkan awan-awan putih di atasnya seakan berkata pada kami  " sing sabar le  ,,,"
Setelah mebempuh perjalnan lebih dari satu jam, tibalah kami  di bandara Timika. Kami pasrah duduk di sebuah bangku kayu yang ada di ruang tengah bandara. Kulihat lalu lalang orang yang ada di bandara, tak ada satu wajahpun yang saya kenal.
" gimana ini kang....??? .tanya Ustd agus..
Saya hanya bisa menimpali dengan senyum , karna saya sendiri bingung mau apa dan mau kemana. Hanya saya  mencoba berkhusnudzon dengan ketetapan Allah, dalam kondisi apapun.  karena terlalu sering saya  sering  mengalami banyak hal yang semua berpangkal pada satu, khusnudzon sama Allah.
Setelah mengambil barang" bawaan kami di bagasi , kami pun keluar dari bandara .
Melihat dua pemuda menggendong begitu banyak ransel yang seperti sedang di terpa nestapa , Para supir dan tukang ojek langsung menawarkan jasa"nya.Namun Tiap kali taksi dan ojek menawarkan jasanya kepada kami, kami tak tahu harus mengatakan apa. karna kami juga bingung akan  tempat tujuan kami singgah di timika .Kapal yang sedianya akan mengantar kami menuju Asmat juga sudah pergi.
Sambil mengendong 3 ransel ,saya ngomong sama Ust Agus
"Ust yuk kita jalan.. barang kali jalan raya dekat " ...
Jalanpun kami lalui , tapi tak kunjung pula kami berjumpa dengan jalan raya. nasib ".
Kami tak putus asa, kami lanjut mengayuhkan kaki yang sudah mulai sempoyongan  hingga  sampai di jalan yang  bersentuhan dengan gerbang menuju ke Prifort .Ya,, disanalah, bersamaan dengan lelahnya kaki  , kami katakan "ke masjid, pak" pada tukang ojek yang menghampiri kami.
kami di antarkan ke sebuah Masjid tak jauh dari  kota. Masjid Al Furqon namanya. Sampai dimasjid, kami berbagi tugas ,ada yang cari tiket pesawat ke Asmat dan ada yang tetap tinggal di masjid menjaga barang-barang kami.
Hasilnya nihil. Tiga  outlet yang  saya sambangi sudah tutup. Dan buka lagi hari senin. Padahal, sekarang hari sabtu.
Ditengah kepasrahan, saya mengajak Ust Agus tuk cari makan, karna sayabbaru teringat jika kami belum sarapan sedari pagi.
Warung sumber waras  ,di situlah kami istirahat dan makan. Selagi menikmati makan, ada telfon dari Asmat bahwa kami akan dijemput seseorang. Pun kami bergegas mencari tempat yang mudah untuk ketemuan . Sekesai makan kami melanjutkan perjalanan ke sebuah Masjid agung di kota Timika.
Menjelang maghrib, akhirnya kami bertemu dengan seseorang itu. Seorang pria agak sepuh, bersarung, berpeci putih dengan surban dileher. Kami hampir tak percaya bahwa pria itulah yang menjemput kami. Kami yang anak-anak merasa tak patut merepoti orang sepuh. Gambaran diangan kami sebelumnya adalah orang muda yang akan menjemput kami.
Beberapa kali saya ucapkan kata maaf dan ucapan trimakasih kepada beliau saat kami berjabatan tangan.

Selepas maghrib, kami  meluncur ke kediaman beliau. Sepanjang perjalanan kami isi dengan mengibrol banyak hal , dari mencritakan asal usul kami sampai mencritakan tentang visi misi hingga penyebab kami terdampar di Timika. pertemuan dengan beliau laksana pertemuan seorang Ayah dengan anaknya yang sudah puluhan tahun tak berjumpa. Sesekali beliau melontaekan guyon" khas Pesantren yang membuat kami hampir lupa bahwa kami baru saja menjadi glandangan di tanah orang.
Waktu Isya kami sampai di kampung beliau. kami  langsung menuju masjid setempat guna melakukan Sholat Isya Berjamaah.
Kami terkejut, kagum, dan salut saat memasuki komplek Masjid. Sebuah TK dan SD Ma'arif serta gedung yang sudah beroperasi. Sederet bangunan MTs Ma'arif juga sudah berdiri. Namun belum beroperasi lantaran belum ada pengajarnya. Masjid megah juga hampir rampung. Tinggal kubahnya saja yang belum datang dari Semarang.

Semua bangunan ini ternyata beliaulah pencetus dan pendirinya.
Dari raut wajah beliau terlihat sekali hiruk-pikuk perjuangan dakwahnya   di Timika.
Beliau adalah KH. Ali Ma'ruf. Posisi ketua umum PC NU Timika.
Beliau Murid dari Mbah Hamid Pasuruan. Penampilan beliau yang sangat sederhana layaknya Masyarakat biasa namun Kapasitas keilmuaan yang beliau miliki sangat Luas .yayasan  yang dirintisnya dari awal mulai dari TPQ hingga SD ,mampu menyedot banyaknya minat masyrakat baik disekitar  untuk menimba ilmu-ilmu agama plus mendapat pendidikan formal dari sekolah .

Malam itu juga kami di ajak keliling untuk melihat berbagai bangunan yayasan yang dalam tahap penyelesaian.
"Bah.. cocok seklali disini kalo di bangun Pesantren abah "... Uacapku  sambil melihat gedung MTS yang belum jadi.
Abah hanya tersenyum sambil menjawab
"Sing penting awakmu gelem tinggal di sini.
Abah Ali ,disamping mengajar kepada anak" ,  beliau juga mengajar kepada masyakarat sekitar , maka tak heran beliau begitu dekat dihati masyakarat di Timika . Keramahan serta tutur bahasa yang lembut mampu meluluhkan Hati-hati manusia yang keras. Kalimat yang keluar dari mulut beliau penuh dengan Hikmah ilmu , itulah yang bisa saya rasakan walaupun baru sekali ini bertemu abah.
Selepas isya kami  bersama ustadz Taufiq seorang Santri dari Abah Ali kami disambut dengan penuh hangat oleh keluarga Abah Ali.dengan penuh keceriaan beliau mulai bercrita tentang perjalananya smasa di pesantren hingga menjadi seorang pengusaha sukses di Timika. Dalam obrolan itu beliau  juga mengatakan sangat merasa menyesal telah menemu kami.
"Saya  menyesal mengapa baru menemu aktifis NU seperti kalian hari ini. Tidak jauh-jauh hari." Ucap Beliu.
Dan berulang kali beliau mengatakan kepada kami, agar kami mau singgah untuk bebrapa bulan di Timika. dalam obrolan malmm itu juga di putuskan kami akan melakukan kerjasama dalam bidang Pendidikan dan dakwah di Timika ,Tentu kerjasama ini melibatkan PPM ASWAJA dan SARKUB. Dalam waktu dekat beliau memita pada saya agar di kirimkan Aktifis NU untuk membantu perjuangan beliau di Timika.
Malam smakin larut , meliht wajah kami yang cukup kelelahan beliaupun memperilahkan kami untuk istirahat.
Pagi hari kami pindah dari kediaman beliau menuju Yayasan. Ternyata disana kami sudah di siapkan sebuah rumah untuk beristirahat sambil menunggu mendapatakan tiket untuk menuju ke Pulu Asmat.
Alhamdulillah..Trimakaih Abah Kyai Ali..Jazakumullah Ahsanal Jaza.
Entah sudah berapa banyak  kejadian" seprti ini. Sebuah keberkahan yang sering  saya alami di berbagai daerah di Papua. keberkahan dari sedikit ikut serta dan aktif mbantu  Nahdlatul Ulama. keberkahan yang memang  bisa dilihat dengan kasat mata .keberkhan yang tak lepas dari do"a par Ulama " dan pendiri " NU .
Keberkahan yang memberikan ketenangan batin . Alhamdulillah

Saya teringat Pesan KH. Ridwan Abdullah penmu lambang NU. Beliau pernah dawuh :
“Jangan takut tidak makan kalau berjuang mengurus NU. Yakinlah ! kalau sampai tidak makan, komplainlah aku jika aku masih hidup. Tapi kalau aku sudah mati maka tagihlah kebatu nisanku”.
Barokallah
Aktifis NU Papua
#PPM ASWAJA
#SARKUB

No comments:

Post a Comment

Pages