![]() |
KH. Abdurrahman Wahid |
Mungkin beberapa waktu yang silam
kita melihat hubungan KH. Maimoen Zubair (Rembang) dengan keluarga Gus Dur
(Ciganjur) biasa-biasa saja. Bahkan ada yang menilai ini sebuah
kekurangharmonisan, KH. Maimoen Zubair dianggap tokoh yang bertentangan dengan
Gus Dur. Tapi itu kurang tepat, karena justru akhir-akhir ini Mbah Mun (sapaan
akrab KH. Maimoen Zubair) justru terlihat sangat dekat dengan keluarga
Ciganjur.
Gus Syukron Abyne Maysun
menceritakan dari Gus Fahim Mulabbi bin KH. Muharror Ali Kaliwangan Blora,
murid Mbah KH. Arwani Kudus. Beberapa hari yang lalu, tepatnya malam
Jum’at, ada salah seorang murid pergi
sowan ke ndalem gurunya, Mbah KH. Maimoen Zuber, di Rembang. Seperti biasanya,
sang tamu pun diajak ngobrol oleh tuan rumahnya. Obrolan guru dengan murid.
Di sela-sela ngobrol itulah Mbah
KH. Maimoen Zuber bercerita bahwa beliau bermimpi shalat berjamaah menjadi
makmum. Hadhratus Syaikh Mbah KH. Hasyim Asy’ari juga ikut menjadi makmum.
Sedangkan yang menjadi imam dalam shalat tersebut adalah KH. Abdurrahman Wahid,
alias Gus Dur.
Dulu pun, saat ICMI di awal-awal
perintisan, Mbah Moen pernah ditawari untuk masuk ke dalamnya. Karena beliau
termasuk kiai yang multitalenta dalam pandangan banyak pihak, bukan saja dari
kalangan sesama kiai. Keberadaan ICMI secara tersirat tidak dikehendaki oleh
Mbah Mun, sama seperti Gus Dur.
“Aku ini tidak pernah setuju
dengan Gus Dur”, kata KH. Maimun Zubair. “Yah... namanya manusia. Tapi aku
tidak berani membenci, apalagi memusuhinya. Takut kuwalat!”
Kenyataannya, tidak seratus
persen Mbah Maimun berseberangan dengan Gus Dur. Ketika suatu kali seorang
tokoh intelektual datang jauh-jauh dari Jakarta untuk mengajak beliau masuk
ICMI, Mbah Maimun menolak. “Pak Kiai ini intelektual yang mumpuni lho”, kata si
tokoh, “cocok sekali kalau masuk ICMI!”
“Ah, saya cukup Nahdlatul Ulama
saja, gabung rombongannya pewaris nabi.” kata Mbah Mun.
“Memangnya di ICMI nggak bisa?”
“Kan nggak ada hadits al-ICMI
waratsatul anbiya’. Kalau al-Ulama' ada!” kata Mbah Mun.
Bahkan kalau kita kembali
mengingat saat prosesi pemakaman Gus Dur, dugaan ketidakharmonisan Mbah Mun
dengan Gus Dur (keluarga Ciganjur) jelas meleset. Karena nyatanya sebelum jenazah
Gus Dur dimasukkan ke liang lahat dan dilakukan upacara kenegaraan yang
dipimpin langsung oleh Presiden SBY, usai itu KH. Maimun Zubair lah yang diberi
kesempatan memerikasa jenazah Gus Dur. Dan barulah jasad Gus Dur dikeluarkan
dari peti jenazah dan secara perlahan dimasukkan ke liang lahat. Wallahu
al-Musta’an A’lam.
Klarifikasi Cerita yang Sebenarnya
Hari ini Jum’at Kliwon tanggal 11
April 2014 M setelah shalat Maghrib bersama Syaikhina Maimoen Zubair di
Musholla PP Al-Anwar, saya (Kanthongumur) bersama beliau menuju kamar untuk
memijat beliau.
Di sela-sela memijat saya mencoba
bertanya: “Yai dalem bade tanglet” (Kyai saya mau bertanya).
Beliau menjawab: “Ono opo?”
(Ada apa?).
“Nopo leres Yai nate ngimpi
kepanggeh Gus Dur soho Mbah Hasyim, lan ma’mum sholat kalian Gus Dur?” (Apa
Kyai pernah bermimpi bertemu Gus Dur, Anda serta Mbah Hasyim bermakmum kepada
Gus Dur?).
Beliau menjawab: “Wektu haul Gus
Dur ono wong cerito karo aku yen ngimpi kepetuk aku, Gus Dur lan Mbah Hasyim.
Wong iku cerito yen aku karo Mbah Hasyim ma’mum karo Gus Dur. Yo maklum wong
maqome Gus Dur nang ngarepe Mbah Hasyim, aku melu ngrumat mayite Gus Dur” (Pada
waktu haulnya Gus Dur ada seseorang yang bercerita kepadaku, bahwa orang itu
bermimpi bertemu aku, Gus Dur dan Mbah Hasyim. Dalam mimpi orang itu aku dan
Mbah Hasyim makmum kepada Gus Dur. Ya maklum karena letak maqom Gus Dur ada di
depan Mbah Hasyim dan aku juga ikut merawat jenazah Gus Dur).
“Tiang wau asmane sinten?”
(Orang itu bernama siapa?).
Beliau menjawab: “Aku lali
sopo jenenge” (Aku lupa siapa namanya).
Setelah itu datang Mas Rozaq
karena ada telepon dari Pak Asnawi Kudus yang akan melaporkan perolehan suara
yang ada di Kudus kepada beliau. Dan saya keluar dari kamar kemudian menuju
kantor Muhadloroh PP Al-Anwar untuk menulis tulisan ini.
Sya’roni As-Samfuriy,
Cilangkap Jaktim 07 April 2014
No comments:
Post a Comment